Namanya Muiz

" Liku-Liku Perjalalan Sang Perantau "

Kamis, 22 September 2011

Asal Muala Jurus Binatang


Mau tau kenapa sih kebanyakan orang berambisi mengusai jurus hewan..? mau tau jawabannya? silahkan baca ..!


Apabila kita bandingkan ukuran manusia dengan kekuatan tubuhnya, manusia adalah makhluk yang lemah. Belalang sepanjang 10 cm dapat melompat sejauh 50 kali panjang tubuhnya. Semut mampu mengangkat beban yang beratnya 10 kali lipat berat tubuhnya. Terlebih lagi dibandingkan dengan kuda, gajah, atau harimau, manusia tampak semakin lemah dan tak berarti.

Posisi manusia tampak lemah karena ia tidak memiliki alat beladiri alami, seperti elang memiliki cakar dan paruh yang tajam, kerbau dengan tanduknya yang kuat, harimau yang perkasa dilengkapi cakar dan gigi – gigi yang tajam, trenggiling yang terlindung oleh sisiknya seperti perisai atau landak yang tubuhnya penuh dengan duri.

Kehidupan manusia semakin terancam karena ia tidak dilengkapi oleh naluri yang tajam. Namun Allah Maha Besar, manusia yang lemah itu dilengkapiNya dengan modal yang tiada dualnya. Modal yang terbaik yang dimiliki manusa adalah akalnya yang didukung oleh kemampuan untuk berjalan tegak dan jari-jari yang dapat bergerk bebes. Manusia dengan akalnya belajar memeperhatikan dan memanfaatkan alam. Dari pengamatannya atas perilaku binatang, ia memperkirakan akan datangnya hujan, badai, atau bencana alam yang lain.

Pengamatan manusia pada dunia binatang memberikan banyak pengetahuan. Alam memperhatikan bagaimana harimau menerkam mangsanya, elang menyambar anak ayam, atau ular menangkap musang. Alam mengajarkan pula bagaimana kelincahan kijang dapat meloloskan diri dari tekaman harimau, usaha induk ayam menyelamatkan anaknya dari terkaman elang. Dan kecepatan musang untuk mengalahkan si ular.

Manusia memeperhatikan bahwa kelincahan dapat mengimbangi kekuatan, kecepatan membuat cakar yang tajam tak berguna, dan kewaspadaan dapat mematahkan segala ancaman. Kebebasan anggota tubuh manusia dalam bergerak memungkinkan dapat meniru gerakan-gerakan dan kebiasaan binatang-binatang tersebut guna mempertahankan dirinya,, maka dari situlah muncul cikal bakal seni beladiri yang mengambil kekuatan dari binatang seperti : Jurus harimau, Jurus bangau, Jurus elang, Jurus beruang, Jurus kera, Jurus kangguru dll.

Kamis, 30 Juni 2011

Beladiri Di India


Beladiri merupakan perpaduan antara fisik dengan kekuatan mental dan di imbangi dengan kerohanian yang kuat, menjadikan jasad handal dalam setiap hal sehingga terciptanya tubuh yang sehat...

pelatih wushu Rahman Aqeel sedang melatih wushu di sekolah St Mazz tinggi, selatan Hyderabad, india, 8 Juli 2008




Perempuan dari usia 10-16 dala sesi latihan munguan 




Seorang siswi muslim dari SMA St Maaz praktik seni beladiri wushu, 8 juli 2008 (foto: chinadaily.com.cn/Agen)



Bagaimana dengan kita? khususnya yang putra !

Kutipan china.org.cn, posting @ 8 Juli 2008

Kamis, 16 Desember 2010

Kungfu Anti Syirik Baik untuk kesehatan sekaligus bekal berjihad

Kebaikan akan berhadapan dengan kejahatan. Begitulah sunatullahnya. Maka tak heran bila para da'i dan para santri sejak dulu membekali diri dengan kemampuan bela diri. Di kalangan Nahdhatul Ulama (NU), misalnya, dikenal perguruan pencak silat Pagar Nusa. Di Muhammadiyah ada Tapak Suci. Belakangan muncul thifan, bela diri sejenis kungfu.
Rasulullah sendiri, dalam satu riwayat, memang pernah berwasiat agar kaum Mukminin mengajarkan anak-anaknya ketangkasan bertarung dan membela diri seperti bermain pedang, memanah, menunggang kuda serta berenang.
Saat Islam mulai menyebar ke kawasan Asia Selatan, Asia Tenggara dan Asia Timur, kaum Muslimin di kawasan ini terus memegang wasiat Rasulullah itu, mempelajari beladiri yang sesuai dengan kebiasaan dan keahlian masyarakat setempat.
Di Asia Selatan dan Asia Timur, terutama di kawasan Cina, para da'i mengandalkan beladiri bernama Thifan Po Khan. Sejenis kungfu yang dikombinasi dengan beladiri lainnya serta sudah dibersihkan dari unsur-unsur kesyirikan dan kejahiliyahan. Menurut sesepuh dan perintis kebangkitan thifan di Indonesia, Ustadz Merzedek, diperkirakan thifan lahir pada sekitar tahun 700-an, sejalan dengan perkembangan Islam ke berbagai belahan dunia.
 
Pukulan Tangan Bangsawan
Dalam bahasa Urwun, Thifan Po Khan memiliki arti pukulan tangan bangsawan. Disebut demikian karena gerakan-gerakan dalam thifan relatif halus dibandingkan beladiri serumpunnya seperti Syufu Taesyu Khan, sehingga beladiri yang halus ini dianggap cocok untuk para bangsawan.
Di negeri Cina, thifan menjadi olah raga beladiri kalangan pesantren-pesantren yang lazim disebut lanah (berasal dari bahasa Arab: lajnah, yang berarti lembaga/panitia/yayasan, red). Layaknya pesantren di sini, yang dipelajari dalam lanah tidak hanya ilmu beladiri, tetapi justru yang utama adalah ilmu-ilmu agama. Kini istilah lanah masih digunakan untuk menyebut sebuah padepokan latihan thifan, meski bukan lagi berupa lembaga pendidikan seperti pesantren.
Agak berbeda dengan olahraga beladiri lain yang telah berkembang di tanah air, di thifan kelompok latihan laki-laki dan perempuan senantiasa dilakukan terpisah (waktu latihan berbeda). Bahkan diusahakan pelatihnya pun yang sejenis. Gerakan-gerakan dan jurus antar dua kelompok ini juga berbeda; untuk kalangan perempuan lebih halus.
Setiap kali latihan harus dimulai dan diakhiri dengan doa pembuka dan penutup majelis. Bahkan untuk lanah-lanah di Jakarta, usai latihan kerap ditambah dengan majelis ilmu berupa pembahasan kitab shirah (sejarah) Nabi dan para sahabat. Mirip halaqah majelis ta'lim.
"Dulu saya sering terserang flu yang kronis, tapi sejak berlatih thifan, alhamdulillah sembuh," tutur Ibtidain Hamzah Kham pelatih senior thifan mencontohkan manfaat berlatif thifan.
Gerakan-gerakan dasar dalam thifan meliputi pukulan, tendangan, sapuan, bantingan, serta elakan. Selain itu juga berlatih koprol dan salto, sebagaimana sering dilihat di film-film laga dari Hongkong. Latihan salto ini sangat diperlukan untuk bertarung, terlebih jika dikeroyok banyak orang.
Yang tak kalah penting adalah latihan pernafasan. Selain untuk kesehatan, latihan ini berguna untuk membangkitkan daht (tenaga dalam) dari tubuh kita, baik berupa daht panas maupun daht dingin. Dengan daht panas, bagian tubuh orang yang terkena akan hangus. Sebaliknya dengan daht dingin, dapat menjalarkan rasa dingin membeku pada bagian tubuh lawan hingga ke pangkal tulang.
Menurut Ibtidain, hanya mereka yang tekun dan rutin berlatih yang dapat cepat menguasai berbagai keunggulan thifan. "Ada dua akhwat murid saya yang sangat tekun dan rajin berlatih, sehingga meski baru sekitar setahun berlatih mereka sudah mampu mengeluarkan daht dalam pukulannya," ungkapnya.
Ibtidain punya kebiasaan unik. Kadang-kadang sengaja naik bus kota yang ditengarai banyak copetnya. Begitu copet beraksi ia pun turut beraksi menghajar si tangan-tangan jahil itu, hingga mereka terkapar.
Sesekali ia pun mengajak para murid senior untuk memerangi penjahat-penjahat jalanan. Cari penyakit? "Oh tidak, ini latihan berjihad melawan kemunkaran," jawab Ibtidain sambil nyengir. Hitung-hitung partisipasi masyarakat membantu polisi mengamankan kota. "Buat apa belajar beladiri jika tidak dimanfaatkan untuk melawan kemungkaran," tambah alumnus Jurusan Syariah LIPIA Jakarta ini.
Selama ini ia sudah sekitar 20 kali bertarung dengan para preman dan penjahat. Debut pertama ia lakukan tahun 1995. Mulanya tidak sengaja, alias kepepet. Waktu itu ia akan dipalak (dimintai uang) empat orang preman, tapi pemuda ini melawan hingga seorang yang terbesar dibantingnya hingga terkapar.
Sejak itulah ia jadi rajin beroperasi memberantas preman dan penjahat, meski harus menghadapi risiko dikeroyok. Di terminal Cirebon ia pernah dikeroyok oleh lebih dari 20 preman setempat. Mulanya ia sempat meng-KO beberapa di antaranya, tapi karena tidak berimbang ia akhirnya memilih kabur. "Untuk menghindari kepungan mereka saya terpaksa lari di atas genteng rumah-rumah orang, seperti ninja saja," kenangnya sambil tersenyum.
Setahun belakangan aktivitas itu ia kurangi. Bukan berhenti, tapi ia hendak mempersiapkan sebuah tim khusus pemberantas kejahatan.
***
Dalam kitab Zho Dam tertulis, thifan merupakan ilmu perkelahian tersendiri dan merupakan pecahan dari ilmu Tae Kumfu (Kungfu Tao). Tae berarti dahsyat, sedangkan Kumfu berasal dari kata kungfu yang dalam bahasa Cina berarti tekun, kebaikan, silat atau tenaga yang terpusat.
Kitab Zho Dam itu merupakan sebuah kitab kuno tentang thifan karya Ahmad Syiharani, seorang pendekar thifan asal Urwun, Cina. Sayangnya tidak tercantum kapan tahun ditulisnya. Hanya diketahui, telah diterjemahkan ke dalam bahasa Melayu beberapa abad lalu oleh Hang Nandra Abu Bakar, hulu balang Sultan Iskandar Muda di Aceh.
Karena itu, seperti dituturkan Ibtidain, sebenarnya thifan sudah masuk ke Nusantara jauh sebelum beladiri 'impor' lain masuk ke negeri ini, melalui Aceh, saat Serambi Mekah ini dipimpin oleh Sultan Iskandar Muda pada sekitar tahun 1678. Sumber lain mengatakan, thifan masuk ke tanah Sumatera saat Aceh dipimpin oleh Malik Mudhofar Syah.
Di Aceh thifan sempat menjadi beladiri resmi kerajaan. Kemudian dari ujung Sumatera ini thifan menyebar ke Riau, Malaysia serta Muangthai.
Menurut Merzedek, pada tahun 1960-an thifan sempat ramai digandrungi di kalangan pemuda Islam di kota Bandung. Mereka sangat bersemangat berlatih thifan untuk menghadapi kekuatan Partai Komunis Indonesia (PKI) yang pada waktu itu sedang berjaya berkat dukungan pemerintah Orde Lama pimpinan Soekarno.
Sayangnya, setelah PKI berhasil ditumpas, semangat pemuda Islam mempelajari thifan jadi menurun. "Dengan dilarangnya PKI mungkin mereka merasa musuh yang dihadapi sudah habis ditumpas, sehingga tidak ramai lagi latihannya," ungkap Merzedek kepada Sahid.
Setelah itu banyak kaum Muslimin yang mempelajari berbagai beladiri yang tidak sesuai dengan syariat Islam. Menyadari hal itu, Merzedek tidak menyerah. Ia mengajak sejumlah rekan dan muridnya untuk kembali menghidupkan thifan di kalangan pemuda Islam.
Alhamdulillah sambutannya positif. "Dengan tifan, kita aman; dapat ilmu beladiri, sementara aqidah tetap terjaga," kata Rizal, salah seorang peserta tifan di lanah Ragunan. Selain alasan itu, menurut para peserta, mereka memilih beladiri ini karena thifan juga dinilai unggul karena gerakannya merupakan kombinasi dari kekuatan, kecepatan dan keindahan.
Sejak 1980-an thifan mulai go public ke luar Bandung, yakni merambah Sukabumi, Cianjur, Cirebon, Tasikmalaya dan Jakarta. Kemudian sejak 1990-an mulai merambah hingga ke Surabaya. Di Jakarta kini ada sekitar 10 pelatih senior yang masing-masing sekitar 3-8 lanah. Total ada sekitar 50 lanah.

Senin, 06 September 2010

Janji Thifan



  • Sanya aku tidak akan menyekutukan Allah, aku tidak akan percaya pada takhayul,khurafat, dan tidaklah aku akan berbuat bid’ah dalam syara. 
  • Sanya aku akan mentaati hukum Allah dan Rasul-Nya, sedaya upayaku kujalankan perintah Allah dan Rasul-Nya, sedaya upayaku kujauhi larangan Allah dan Rasul-Nya. 
  • Sanya hanya kupergunakan ilmu ini pada jalan haq, dan semoga terumpang barahlah aku apakala ilmu ini kupergunakan pada jalan bathil atau aku mengkhianati amanat sehingga ilmu ini jatuh di luar haq.
  • Sanya aku berusaha amar ma’ruf nahi munkar. 
  • Sanya aku akan mentaati segala peraturan lanah sepanjang peraturan itu tiada menyimpang dari hukum Allah dan Rasul-Nya.
  • Sanya aku tidak akan tekebur, pongah dan congkak.
  • Tidaklah aku akan terpancing, terhasut lawan, lalu tidaklah aku akan mengikuti jalan kekafiran. 
  • Aku akan teliti bertindak dan tekun mencahari ilmu.
  • Aku berdaya upaya bersahabat dengan siapapun di dalam batas-batas hukum syar'i.
  • Aku tidak akan menganut dan berasas ashabiyah.
  • Aku tidak akan mempergunakan lambang-lambang, upacara-upacara, penghormatan yang menyalahi syara

Keluarga Thifan




Tentang khazanah per-thifanan kita di Indonesia bahwa setelah Thifan po khan tidak dipegang oleh Guru besar Ust. A.D. El Marzdedeq (Umar Sidiq) yang dulu pernah menjabat menjadi ketua Persis, Thifan Po Khan kini ada banyak terutama yang dikenal adalah Thifan Po khan yang dikembangkan oleh :
  1. Ust. Ibtida’in (seragam biru kuning), *logo 1*
  2. Tsufuk oleh Ust.Habiburrahman (seragam merah hijau) *logo 2*
  3. PTI (seragam hijau hitam) yang berdiri sekitar tahun 2005. para pengajarnya kebanyakan berdomisili di jakarta, bekasi, dan tasikmalaya seperti Ust.Abu Bakar, Ust.Sarno, Ust.Iwan Pawellangi, Ust.Hasan, Ust.Usep, Ust.Herman, Ust.Bayu dll. sehingga cabang/lanahnya masih sangat terbatas. *logo 3*
Trus apa sih bedanya dengan thifan-thifan yang lain? insyaAlloh tidak ada beda yang prinsipil. Akidahnya sama, Kitab rujukannya juga sama, dan suyukh/narasumbernya sama. perbedaannya cuma seragammetode latihan,tingkatanlama latihan, dll.
Seragam PTI: Hijau Tua dengan garis hitam, sabuk: fuen (Putih) fuen lion (hijau muda) dst.
seragam-pti.jpg
Seragam Tsufuk: Merah dengan corak hijau, sabuk: hijau muda, putih, hitam, dll.
seragam-tsufuk.jpg
Seragam Thifan Pokhan: Biru bercorak kuning
seragam-thifan-pokhan.jpg
Metode latihan: Kalo thifan tempo dulu terkenal dengan kerasnya sedangkantsufuk terkenal dengan kecepatannya, nah kalau PTI ini ingin menyeimbangkan antara kecepatan dan kekuatan dalam gerakan, senamnya ditambah dengan senam daht (optional), latihan kekuatan tidak dengan menahan nafas dan mengeraskan tubuh lama-lama, tapi hanya ketika serangan itu mendarat ditubuh.
Tingkatan: dalam PTI berdasarkan warna sabuk (fuen) putih, Fuen Lion, dst. fuendalam PTI mempelajari jurus tangan yaitu: Po, Po Tsan, Pia Po, Po Nyi’r, Po Ung’r (atau kalau di Tsufuk disebut Bab 1), Kaki yaitu Rinzik datusik dll. (atau kalau di tsufuk disebut bab 2) tangan dan kaki seperti kepal luncur (atau disebutbab 3tangan palang, tangan hampalangit, bumi, hujan, dan terakhir jurus pendekar namsuit.
Silabus/metode dan manajemen: PTI dan Tsufuk sudah tertata rapi, untuk PTI, bagi mereka yang tekun dalam waktu kurang lebih tiga atau empat tahun dapat menguasai seluruh bahan ajar yang ditetapkan oleh pembimbing, yang apabila lulus ujian, setiap tingkatnya memperoleh Ijazah dan lisensi untuk menebarkan Thifan kepada yang berhak tanpa dibebani kompensasi bayaran kepada lanah pusat

Thifan Po-Khan Tsufuk Syarat beladiri islami








Syarat mutlak sebuah beladiri dikatakan islami adalah

1. Islami dari segi Aqidah

2. Islami dari segi kesehatan


ISLAMI DARI SEGI AQIDAH
hal ini berarti bahwa beladiri tersebut haruslah bebas dari syirik, takhayul, khurafat, bid'ah, tasyabuh dll yang membahayakan aqidah

untuk lebih jelasnya, agar kita terbebas dri segala bentuk perusak aqidah kita, gunakan metode penyelesaian sebagai berikut

1. teliti janji yang diucapkan dalam beladiri
Janji memegang peranan penting dalam beladiri dan akan menjiwai setiap gerak-gerik murid, sebagai muslim tentunya yang kita inginkan adalah jnji yang tidak menyalahi syariat

2. Teliti lambang yang digunakan
apakah lambang yang digunakan dlm beladiri itu menyalahi aqidah atau tidak?
Contoh :
Swastika (aqidah budha), Bintang segi enam yang terdiri atas dua buah segitiga sama kaki (lambang yahudi), dll

3. Teliti cara penghormatannya
Sikap tangan dalam penghormatan,tanpa kita sadari sering melambangkan akidah agama lain. Berikut kutipan arti sikap tangan (MUDRA) dalam kitab weda prikrama susunan G. Pudja terbitan tahun 1972 halaman 57
"Tiap arah dengan nama mudra tersendiri dan tiap mudra melambangkan aspek dewata dengan arti dan tujuan tertentu"
jdi jika kita melakukan suatu sikap penghormatn dengan sikap tangan yang melambangkan dewa tertentu, berarti kita telah menyekutukan Allah secara tidak langsung. Semoga Allah memaafkan ketidak tahuan kita.

4. teliti pernafasan yang digunakan
memahami teknik pernafasan sama pentingnya dengan memahami sikap tangan. Banyak teknik pernafasan yang menggunakan metode pernafasan agama lain yang bagi agama tersebut metode pernafasan itu ada sangkut pautnya dengan ibadah mereka (contoh pernafasan yoga)

5. Teliti cara meningkatkan kemampuan diri
Latihan fisik haruslah benar benar mengerahkan kemampuan fisik kita, jangan sampai kita campuri dengan sesuatu yang akan membuat kita terjebak dalam bid'ah, dan jangan pula terjebak dalam kesyirikan (semisal menggunakan bacaan bacaan tertentu dan upacara tertentu untuk meningkatkan kemampuan)
6. Teliti cara melakukan gerakan jurus/ gerakan dalam beladiri
    Rasulullah SAW melaknat  wanita-wanita yang menyerupai (dalam berpakaian dan bersikap) pria, dan juga pria-pria yang menyerupai wanita (HR. Abu Daud)
Hasil latihan dalam beladiri akan mempengaruhi fisik dan mental seseorang, jika perempuan mempelajari gerakan yang sebenarnya cocok untuk laki-laki, maka perempuan yang mempelajarinya akan terbawa ke alam laki-laki, tubuhnya akan menjadi kerasberotot bagaikan penarik gerobak, sehingga hal ini akan merusak fitrahnya sebagai perempuan.
    Dari cara berpakaian pun laki-laki dan perempuan tidak boleh sama, perempuan harus menggunakan pakaian yang tertutup auratnya namun tidak mempengaruhi gerakannya. Perempuan dan laki-laki tidak dapat berlatih dalam satu tempat yang sama, karena dikhawatirkan akan mengaburkan niat dalam berlatih beladiri

ISLAMI DARI SEGI KESEHATAN
suatu beladiri dikatakan islami dari segi kesehatan apabila beladiri tersebut sesuai dengan fitrah manusia dan tidak mencederai tubuh baik jangka pendek maupun jangka panjang
contoh pelatihan yang salah:
- Cara menendang yang salah, yaitu mengunci sendi lutut sehingga dua
  tulang di bawah tempurung lutut beradu dan mengakibatkan luka sendi
- Cara memukul yang salah, yaitu mengunci sendi sikut sehingga melukai tulang
  hasta
- Melakukan pemanasan yang tidak tertib / tidak berkaidah

Sejarah....





Thifan adalah nama suatu daerah di Negeri Turkistan Timur, daerah jajahan China yang kemudian diganti namanya menjadi Sin Kiang, yang artinya Negeri Baru (Lihat Turkistan: Negeri Islam Yang Hilang, DR. Najib Kailany). Namun kalau kita simak dalam peta dunia, yang akan kita temukan adalah nama Turfan, daerah otonomi yang termasuk dalam wilayah China Utara.
Turkistan Barat dijajah oleh Rusia yang memasukkannya ke dalam wilayah Uni Sovyet. Sebelum Islam datang ke daerah ini, beberapa suku asli seperti Tayli, Kimak, Doghan, Oirat, Kitan, Mongol, Naiman, dan Kati telah memiliki sejenis ilmu beladiri purba berbentuk gumulan, sepak tinju dan permainan senjata yang dinamakan "kagrul", yang dipadukan dengan pengaturan napas Kampa.
Dakwah Islam mulai disebarkan di Turkistan kira-kira pada dua abad setelah hijriah, sebagaimana tertulis dalam Kitab Zhodam : "Maka tatkala sampailah dua abad lepas hijrah orang-orang sempadan tanah China arah utara itu masuk Islam. Lalu ilmu pembelaan diri masa mereka memeluk Budha itu dibawanya pula dalam alam Islam, tetapi ditinggalkannya segala upacara yang bersangkut paut dengan kebudhaannya seumpama segala penyembahan, cara bersalam dengan mengatupkan kedua belah tangan, lambang-lambang, dan segala istilah."(ZHODAM, Syiharani, halaman 9).
Menurut M. Rafiq Khan dalam bukunya "Islam di Tiongkok", mengatakan sebagai berikut : "Orang Muslim pertama yang datang di Tiongkok ialah dalam zaman pemerintahan Tai Tsung, kaisar kedua dari dinasti Tang (627-650 Masehi). Jumlah mereka ada empat orang, seorang berkedudukan di Kanton, yang kedua di kota Yang Chow, yang ketiga dan yang keempat berdiam di kota Chuang Chow. Orang yang mula-mula mengajarkan Islam ialah Saad bin Abi Waqqas, yang meletakkan batu-batu pertama mesjid Kanton yang terkenal sekarang sebagai Wai-Shin-Zi, yaitu Mesjid untuk kenang-kenangan kepada Nabi."
Dituliskannya pula bahwa selama Pemerintahan Tai Chong (Kaisar ke-2 dari Dinasti Tsung tahun 960-1279 Masehi) Tiongkok diserbu oleh penguasa Muslim dari Kashgharia, yaitu Baghra Khan beserta pasukannya, lalu menduduki Sin Kiang (Simak : Islam di Tiongkok; M. Rafiq Khan dan Sejarah Da'wah Islam; Thomas W. Arnold).

Hal ini disepakati oleh seorang China ahli sejarah terkenal yang bernama Prof. Chin Yuan menyatakan bahwa orang-orang Islam mengirimkan utusan-utusan mereka ke Tiongkok dalam tahun 651, utusan-utusan itu bertemu dengan Kaisar Tiongkok di Changan (Sianfu), ibukota Tiongkok pada waktu itu. Pada tahun 713 M. perbatasan barat Tiongkok dikuasai oleh seorang jenderal Arab yang terkenal bernama Qutaiba bin Muslim, pada waktu itu ia telah menaklukkan daerah yang luas di Asia Tengah dan namanya sangat ditakuti.
Dari uraian di atas dapat dilihat bagaimana hubungan atau interaksi antara dakwah Islam dengan tumbuhnya berbagai macam beladiri di kawasan China, sehingga terjadi pula Islamisasi beladiri. Sesuai dengan bahasa Urwun yang merupakan bahasa asalnya, Thifan Po khan berarti "Kepalan Tangan Bangsawan Thifan". Beladiri ini mempunyai riwayat tersendiri yang khas sebagaimana diceritakan dalam kitab yang bernama Zhodam.

Pada awalnya ada sejenis cara pembelaan diri purba berbentuk gumulan, sepak tinju dan permainan senjata yang disebut Kagrul, bercampur Kumfu China Purba. Tersebutlah seorang pendeta Budha bernama Ponitorm/Tamo Sozhu/Tatmo/Darma Taishi yang berasal dari Hindustan, ia mengembara ke China untuk menyebarkan ajarannya.

Dalam pengembaraannya sampailah ia ke kawasan Liang yang diperintah oleh Raja Wu, karena terkena fitnah ia melarikan diri dan sampai di Bukit Kao, di sana ia merenung selama 9 tahun. Menyadari murid-muridnya sering mendapat gangguan, baik dari binatang buas, manusia, atau penyakit yang mengakibatkan kurang lancarnya misi penyebaran agama Budha, maka ia pun menyusun suatu rangkaian gerak pembelaan diri seperti tersebut di atas.
Campuran Kumfu China Purba dengan Kampahana Tinju Hindustan yang diatur dengan jalan pernapasan Yoga Dahtayana membentuk Shourim Kumfu/Shaolin Kungfu di wihara-wihara. Pengkajian beladiri ini disusun dalam Kitab I Zen Zang serta ilmu batinnya dalam Kitab Hzen Souzen. Sampai di sini ada kesamaan sejarah dengan beladiri lain seperti Shorinji Kempo, Karate, dan lain-lain, yang masih satu sumber.

Aliran Shourim terus berkembang ke arah utara China dan memasuki daerah orang Lama (Tibet) dan orang Wigu (Turkistan). Di sana aliran Shourim ini pun pecah menjadi berpuluh-puluh cabang. Setiap cabang pun berkembang dan terpengaruh alam tempat pertumbuhan aliran tersebut. Pecahnya Shourim menjadi berbagai macam aliran ini disebabkan Dinasti yang berkuasa tidak menyukai orang Shourim.

Tersebutlah seorang bangsawan bernama Je'nan dari Suku Tayli yang pandai ilmu Syara dan terkenal sebagai ahund (ustadz atau guru) muda. Je'nan menghimpun ilmu-ilmu beladiri itu dan ia pun berguru pada pendekar Namsuit serta orang-orang Wigu. Bersama para pendekar Muslim lain yang memiliki keahlian ilmu Gulat Mogul, Tatar, Saldsyuk, Silat Kitan, Tayli, mereka pun membentuk sebuah aliran bernama Shurul Khan (siasat para raja/bangsawan).
Dari Shurul Khan inilah terbentuk sembilan aliran, aliran-aliran ini kemudian digubah, ditambah, ditempa, dialurkan, lalu dipilah, diteliti dan dikaji sebagai cikal bakal munculnya Thifan Po Khan. Pada masa itu pengaruh ajaran Islam sudah masuk ke dalam beladiri ini