Namanya Muiz

" Liku-Liku Perjalalan Sang Perantau "

Senin, 19 Desember 2011

Tingkatan Thifan



Suatu hal akan menapak kesempurnaan kala dari masa ke masa tebuahnya sebuah perubahan, sama halnya dengan Thifan, semakin level kita tinggi maka ilmu kita akan mendekati sempurna (walau mustahil ya kalau sempurna #hehe) .


Ini adalah 12 tingkatan yang ada di Thifan, yang mana setiap tingkatan mempunya makna tersendiri dan di ikuti dengan perubahan warna sabuk.. bisa di baca sendiri ^^!


1. Fuen (putih) artinya bersiap ditulisi.

2. Loin houkum (hijau muda) artinya mulai hijau.

3. Kotlu (ungu) artinya hijau itu mulai masak.

4. Turreiyt (biru) artinya kedewasaan.

5. Konlut (coklat tua) artinya sendapan pendekar.

6. Fuenloin (putih dan hijau) artinya rangkap berfikir.

7. Tawgi kotlu (ungu dan kuning) artinya menjelang pendekar.

8. Fun tureiyt (merah dan biru) artinya santaran darah.

9. Loin houkun (hijau dan coklat tua) artinya tahan diri.

10. Konlut fuen fun (coklat tua berjalur putih) artinya tahu akan harga diri.

11. Fun fuen fun (merah berjalur putih) artinya pertahankanlah haq.

12. Tughi onlu tughi (ungu berjalur kuning) artinya pembela haq (dieunl Islam).




Salah satu versi tingkatan Thifan


Perkembangan Thifan Di Indonesia #Singkat

Pada saat itu Aceh sedang menghadapi serangan dari Portugis. Sultan Aceh mengirim utusan ke Khalifah di Turki untuk meminta bantuan. Khalifah Salim II mengirimkan bantuan militer yang dipimpin oleh Laksamana Kortuglu Hizir Reis (1567 M) untuk menghadapi Portugis dan melakukan futuhat ke pedalaman Sumatera (Batak). Bantuan berupa personil militer, persenjataan termasuk meriam, dan pelatihan bela diri bagi para prajurit Aceh. Bela diri tentara Khilafah Turki Utsmani adalah Thifan Po Khan. Para komandan pasukan di masa itu terkenal sebagai ahli ilmu Thifan.

Pada tahun 1678 M pada masa Sultan Malik Muzafar Syah dari Kesultanan Lamuri, waktu itu sultan mendatangkan secara khusus pelatih-pelatih Thifan dari Ibukota Khilafah saat itu yaitu Turki Utsmani yang kemudian disebarkan di kalangan para bangsawan Sumatera.

Pada abad ke – 18 Tuanku Rao dan kawan-kawan mengembangkan ilmu ini ke daerah-daerah Padang, Tapanuli Selatan, dan Minang, hingga tersebar ke Bonjol, Sumatera bagian timur dan Riau yang berpusat di Batang Uyun (Merbau). Dari Merbau ini diperkirakan menyebar ke Malaysia, Thailand (Pattani), dan Singapura. Dari Merbau dan Bonjol menyusuri pantai utara Sumatera sampai ke kota Muko-muko dan akhirnya masuk ke pulau Jawa.

Sekitar tahun 1900-an Tuanku Haji (Hang) Uding membawa ilmu Thifan ini ke pulau Jawa dan menyebarkannya di daerah Betawi dan sekitarnya.

Pada tahun 1966 Ustadz Marzdedeq mulai mengajarkan ilmu Thifan di daerah Bandung.

Pada tahun 1980 an Ustadz Pupu menyebarkan ilmu Thifan ke berbagai wilayah di pulau Jawa khususnya di kalangan pesantren dan pemuda-pemuda Masjid.



#Wallahu a'lam