Pada
saat itu Aceh sedang menghadapi serangan dari Portugis. Sultan Aceh mengirim
utusan ke Khalifah di Turki untuk meminta bantuan. Khalifah Salim II
mengirimkan bantuan militer yang dipimpin oleh Laksamana Kortuglu Hizir Reis
(1567 M) untuk menghadapi Portugis dan melakukan futuhat ke pedalaman Sumatera
(Batak). Bantuan berupa personil militer, persenjataan termasuk meriam, dan
pelatihan bela diri bagi para prajurit Aceh. Bela diri tentara Khilafah Turki
Utsmani adalah Thifan Po Khan. Para komandan pasukan di masa itu terkenal
sebagai ahli ilmu Thifan.
Pada tahun 1678 M pada masa Sultan Malik Muzafar Syah dari Kesultanan Lamuri,
waktu itu sultan mendatangkan secara khusus pelatih-pelatih Thifan dari Ibukota
Khilafah saat itu yaitu Turki Utsmani yang kemudian disebarkan di kalangan para
bangsawan Sumatera.
Pada abad ke – 18 Tuanku Rao dan kawan-kawan mengembangkan ilmu ini ke
daerah-daerah Padang, Tapanuli Selatan, dan Minang, hingga tersebar ke Bonjol,
Sumatera bagian timur dan Riau yang berpusat di Batang Uyun (Merbau). Dari
Merbau ini diperkirakan menyebar ke Malaysia, Thailand (Pattani), dan
Singapura. Dari Merbau dan Bonjol menyusuri pantai utara Sumatera sampai ke
kota Muko-muko dan akhirnya masuk ke pulau Jawa.
Sekitar tahun 1900-an Tuanku Haji (Hang) Uding membawa ilmu Thifan ini ke pulau
Jawa dan menyebarkannya di daerah Betawi dan sekitarnya.
Pada tahun 1966 Ustadz Marzdedeq mulai mengajarkan ilmu Thifan di daerah
Bandung.
Pada tahun 1980 an Ustadz Pupu menyebarkan ilmu Thifan ke berbagai wilayah di
pulau Jawa khususnya di kalangan pesantren dan pemuda-pemuda Masjid.
#Wallahu a'lam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar