Namanya Muiz

" Liku-Liku Perjalalan Sang Perantau "

Sabtu, 04 Februari 2012


Kisah 3. (Selasa, 29 Desember 2009 13:53:16)


Gagal Di Palak


Siang yang sangat terik. Suhu mungkin saat itu mencapai 33 C. Sangat tidak nyaman memang siang-siang bepergian di Jakarta ini. Panas, debu, bercampur dengan keringat yang membasahi badan. Kalau tidak terpaksa karena ada urusan sangat penting sebenarnya malas sekali bepergian di siang bolong seperti itu.

Dua puluh menit sudah siang itu saya menunggu angkot. Selang beberapa menit terlihat angkot warna merah jurusan Lebak Bulus terlihat dari jarak sekitar 50 meter. Alhamdulillah akhirnya dapat angkot juga akhirnya. Di dalam angkot sudah ada seorang wanita dan 5 orang pria. Lumayan, bisa dapat tempat duduk agak lega. Sekitar 200 meter kedepan, wanita itu minta turun dari angkot, sehingga tersisa saya dan 5 orang pria serta bang sopir.

” Mau kemana bang”, sapa pria di depan saya. “ Mau ke Lebak Bulus”, jawab saya singkat dengan sedikit senyum. Numben siang begini ada orang ramah di angkot, pikir saya. Biasanya sudah agak jarang orang yang akrab di tempat umum, kecuali sekedar senyum atau bertanya hal-hal yang penting. Kalaupun ngobrol biasanya mereka sudah kenal sebelumnya. Mungkin ini salah satu penyakit yang timbul dari tatanan metropolitan.

“ Kita lagi muter-muter nih,” lanjut pria tadi. ” Iya kita lagi cari orang Manado,” imbuh pria yang lain. Oh, ternyata ke lima orang ini adalah satu rombongan, saya pikir sendiri-sendiri. Kalau dilihat tampang mereka bermacam-macam, tidak hanya dari satu suku.” Ada apa cari orang Manado,” timpal saya. ” Kita sedang ada masalah dengan orang Manado,” sahut mereka. ”Oh,” guman saya lirih.


Suasana jadi hening. Karena saya berusaha tidak mencapuri urusan mereka. ” Abang orang Manado ya ? ” tiba-tiba mereka bertanya lagi. ” Bukan, ada-ada aja. Mana ada tampang Manado seperti saya,” sahut saya . “ Tapi sepertinya abang orang Manado?!” mereka berusaha lebih menekan.” Bukan, saya orang Jawa,” sergah saya. Kondisi waktu itu sudah terlihat tidak nyaman, saya perhatikan 5 orang tersebut memperhatikan saya dengan seksama dan kurang bersahabat. Bang sopir juga kelihatan diam saja, tanpa reaksi. 

Kecurigaan saya mulai muncul, mereka kelihatan bukan orang baik-baik. Mungkin mereka kelompok ”Pemalak” yang biasa beroperasi dengan modus seperti ini. Kondisi ini membuat saya merubah posisi duduk dan kaki agar lebih waspada dan leluasa bergerak.” Lihat KTP nya !” perintah orang di depan saya. ” Emang kamu siapa !” hardik saya. Kondisi semakin memanas. Tiba-tiba tangan salah seorang dari mereka mencoba meraih kerah baju saya. Spontan dan tidak terpikirkan karena kaget tangan kiri saya menangkis dan tangan kanan siap memukul. Kondisi reflek seperti ini sering muncul setelah beberapa tahun latihan Thifan Po Khan. Terlihat mereka saling pandang, keget melihat reaksi reflek saya tadi. Kesempatan ini saya pakai untuk menekan mereka lebih lanjut. ”Kalian jangan macam-macam!” gertak saya. Mungkin mereka kaget, wajah saya yang awalnya keliatan kalem dan badan lemah, tiba-tiba bisa menjadi galak dan berani. Kalau ada kaca, pingin juga tahu seperti apa tampang saya waktu itu hehe.

Selang beberapa detik kemudian, tiba-tiba mereka bilang ke sopir untuk berhenti. Kelima orang tersebut buru-buru turun dari angkot tapi tidak bayar. Masih sempat salah satu dari mereka bilang,” Maaf bang salah orang.” ”Pecicilan,” gerutu saya dalam hati.

” Mereka itu memang gerombolan palak” tiba-tiba bang sopir ngomong. ” Lho kok dari tadi diam aja bang?” protes saya. ” Saya nggak berani mas, karena teman mereka banyak dan saya tiap hari cari makan di daerah sini,” bela bang sopir. ” Ooo gitu,” guman saya lirih sambil bersyukur karena terhindar dari pemalakan.

Inilah penyakit lain di ibukota. Kejahatan yang terorganisir dengan baik akan menjadi ancaman bagi orang lemah. Pesan mirip seperti ini pernah disampaikan oleh Khalifah Ali bin Abi Thalib ra. Alhamdulillah kondisi sekarang ini akan berubah karena Kapolri yang baru Bp Bambang melakukan gerakan pembersihan preman yang memang secara jumlah dan kegiatan sudah sangat meresahkan. Semoga gerakan ini berlanjut dan berhasil seperti yang dilakukan oleh Hongkong sebelum era 1987 ketika menanggulangi gerakan mafia disana. (anr)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar