Namanya Muiz

" Liku-Liku Perjalalan Sang Perantau "

Sabtu, 04 Februari 2012

pengalaman pengalam para pendekar

kami ambil dari sumber asli situs   http://www.thifanpokhan.org/

Kisah 1. (Rabu, 15 Juli 2009 13:08:25)
01.00 di senin

Pulang malam hampir menjadi kegiatan rutin saya, selain pekerjaan yang cukup banyak juga kadang-kadang ada kegiatan lain yang menuntut saya pulang sampai larut malam atau bahkan dini hari. Berbekal kepasrahan kepada Allah dan sedikit memampuan beladiri, membuat saya lebih percaya diri walau pulang larut malam dan harus melewati kawasan yang sepi atau rawan.

Kala itu, sekitar tahun 98 an, saya harus pulang sangat larut malam, sehingga sekitar jam 01.00 masih berada di daerah Senin, Jakarta Pusat, tepatnya di seberang Atrium Plaza. Saya menunggu mobil omprengan menuju terminal Pulo Gadung, cukup lama saya berdiri disana, suasana sangat sepi, sesekali terlihat kendaraan dan orang sedang lewat. Sekitar 30 menit menunggu, omprengan yang saya tunggu belum lewat juga. Tak berapa lama seorang pria berjalan menghampiri saya, lumayan buat temen nunggu omprengan, pikir saya.


Obrolan ringan tak terasa mengalir begitu saja, dari pertanyaan alamat sampai tujuan sudah saling ditanyakan. Makin lama, pembicaraan pria tadi terlihat ada keanehan, pertanyaan yang diajukan mulai terasa menekan, gerakan tubuhnya menunjukkan gelagat yang tidak baik. Dia berjalan berputar mengelilingi saya, seakan ingin mengetahui kondisi saya dari segala posisi. Ketika ditanyakan mengapa dia melakukan itu, dibalas dengan jawaban yang keras, bahwa itu urusan dia. Mulai dari situ, saya mulai berfikir waspada Saya tunjukkan kepadanya bahwa saya tidak kalah mental dan menunjukkan gelagat bahwa saya bukan orang “kosong”. Saya katakan dengan kalimat yang cukup menekan, jangan melakukan hal-hal yang merugikan diri sendiri.

Malam semakin larut dan kondisi semakin sepi, saya perhatikan di sekitar lokasi hanya ada seorang pria berjarak 50 meter-an yang sedang menunggu dagangannya. Setelah mengelilingi saya beberapa kali, pria tadi berhenti di depan saya. Dengan bahasa menekan dia meminta uang kepada saya, tentu saja permintaan saya tolak dengan tidak kalah tegasnya. Karena tidak mendapatkan apa yang dihendaki tiba-tiba si pria mengayunkan tangan ke arah saya, karena memang sudah waspada maka saya langsung melakukan gerakan perlawanan, dengan menggeser kaki maju saya lakukan gerakan kuncian, kalau dalam bahasa jurus Thifan Po Khan, namanya jurus ”Meruntuhkan Puing Kerajaan. Tangan mengunci berputar dan kaki menelikung kebelakang, langsung membuat si pria jatuh terjerembab dengan muka mencium aspal. Teriakan kesakitan dan minta ampun dari si pria mengakhiri adegan kekerasan singkat tersebut. Tidak berselang lama setelah kejadian tersebut lewatlah mobil ompreangan yang ditunggu, Alhamdulillah Allah melindungi hamba-Nya yang lemah ini dari ujian kehidupan.

Sekedar hikmah dari kejadian tersebut, janganlah sering keluyuran malam-malam :-) , kalaupun pulang malam maka waspadalah dan banyak berdoa kepada Allah, kalau ketemu penjahat maka siapkan mental dan fisik, karena sebenarnya penjahat sering tidak mempunyai kemampuan beladiri yang layak dan tidak mempunyai kekuatan fisik yang prima. Dan yang terakhir, bekalilah diri kita dengan beladiri, semoga Allah senantiasa melindungi kita semua.Amin (Penulis tidak bersedia menyebutkan namanya)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar