Namanya Muiz
" Liku-Liku Perjalalan Sang Perantau "
Sabtu, 04 Februari 2012
Kisah 3. (Selasa, 29 Desember 2009 13:53:16)
Gagal Di Palak
Siang yang sangat terik. Suhu mungkin saat itu mencapai 33 C. Sangat tidak nyaman memang siang-siang bepergian di Jakarta ini. Panas, debu, bercampur dengan keringat yang membasahi badan. Kalau tidak terpaksa karena ada urusan sangat penting sebenarnya malas sekali bepergian di siang bolong seperti itu.
Dua puluh menit sudah siang itu saya menunggu angkot. Selang beberapa menit terlihat angkot warna merah jurusan Lebak Bulus terlihat dari jarak sekitar 50 meter. Alhamdulillah akhirnya dapat angkot juga akhirnya. Di dalam angkot sudah ada seorang wanita dan 5 orang pria. Lumayan, bisa dapat tempat duduk agak lega. Sekitar 200 meter kedepan, wanita itu minta turun dari angkot, sehingga tersisa saya dan 5 orang pria serta bang sopir.
” Mau kemana bang”, sapa pria di depan saya. “ Mau ke Lebak Bulus”, jawab saya singkat dengan sedikit senyum. Numben siang begini ada orang ramah di angkot, pikir saya. Biasanya sudah agak jarang orang yang akrab di tempat umum, kecuali sekedar senyum atau bertanya hal-hal yang penting. Kalaupun ngobrol biasanya mereka sudah kenal sebelumnya. Mungkin ini salah satu penyakit yang timbul dari tatanan metropolitan.
“ Kita lagi muter-muter nih,” lanjut pria tadi. ” Iya kita lagi cari orang Manado,” imbuh pria yang lain. Oh, ternyata ke lima orang ini adalah satu rombongan, saya pikir sendiri-sendiri. Kalau dilihat tampang mereka bermacam-macam, tidak hanya dari satu suku.” Ada apa cari orang Manado,” timpal saya. ” Kita sedang ada masalah dengan orang Manado,” sahut mereka. ”Oh,” guman saya lirih.
Suasana jadi hening. Karena saya berusaha tidak mencapuri urusan mereka. ” Abang orang Manado ya ? ” tiba-tiba mereka bertanya lagi. ” Bukan, ada-ada aja. Mana ada tampang Manado seperti saya,” sahut saya . “ Tapi sepertinya abang orang Manado?!” mereka berusaha lebih menekan.” Bukan, saya orang Jawa,” sergah saya. Kondisi waktu itu sudah terlihat tidak nyaman, saya perhatikan 5 orang tersebut memperhatikan saya dengan seksama dan kurang bersahabat. Bang sopir juga kelihatan diam saja, tanpa reaksi.
Kecurigaan saya mulai muncul, mereka kelihatan bukan orang baik-baik. Mungkin mereka kelompok ”Pemalak” yang biasa beroperasi dengan modus seperti ini. Kondisi ini membuat saya merubah posisi duduk dan kaki agar lebih waspada dan leluasa bergerak.” Lihat KTP nya !” perintah orang di depan saya. ” Emang kamu siapa !” hardik saya. Kondisi semakin memanas. Tiba-tiba tangan salah seorang dari mereka mencoba meraih kerah baju saya. Spontan dan tidak terpikirkan karena kaget tangan kiri saya menangkis dan tangan kanan siap memukul. Kondisi reflek seperti ini sering muncul setelah beberapa tahun latihan Thifan Po Khan. Terlihat mereka saling pandang, keget melihat reaksi reflek saya tadi. Kesempatan ini saya pakai untuk menekan mereka lebih lanjut. ”Kalian jangan macam-macam!” gertak saya. Mungkin mereka kaget, wajah saya yang awalnya keliatan kalem dan badan lemah, tiba-tiba bisa menjadi galak dan berani. Kalau ada kaca, pingin juga tahu seperti apa tampang saya waktu itu hehe.
Selang beberapa detik kemudian, tiba-tiba mereka bilang ke sopir untuk berhenti. Kelima orang tersebut buru-buru turun dari angkot tapi tidak bayar. Masih sempat salah satu dari mereka bilang,” Maaf bang salah orang.” ”Pecicilan,” gerutu saya dalam hati.
” Mereka itu memang gerombolan palak” tiba-tiba bang sopir ngomong. ” Lho kok dari tadi diam aja bang?” protes saya. ” Saya nggak berani mas, karena teman mereka banyak dan saya tiap hari cari makan di daerah sini,” bela bang sopir. ” Ooo gitu,” guman saya lirih sambil bersyukur karena terhindar dari pemalakan.
Inilah penyakit lain di ibukota. Kejahatan yang terorganisir dengan baik akan menjadi ancaman bagi orang lemah. Pesan mirip seperti ini pernah disampaikan oleh Khalifah Ali bin Abi Thalib ra. Alhamdulillah kondisi sekarang ini akan berubah karena Kapolri yang baru Bp Bambang melakukan gerakan pembersihan preman yang memang secara jumlah dan kegiatan sudah sangat meresahkan. Semoga gerakan ini berlanjut dan berhasil seperti yang dilakukan oleh Hongkong sebelum era 1987 ketika menanggulangi gerakan mafia disana. (anr)

Kisah 2. (Sabtu, 1 Agustus 2009 14:30:22)
Kapak Merah di Cempaka Putih
Sebelumnya saya meminta maaf apabila cerita yang saya sampaikan ini kurang berkenan, niat menuliskan cerita ini hanya sekedar untuk berbagi cerita dan pengalaman, bukan untuk menyombongkan diri.
Kisah ini berawal ketika beberapa tahun lalu, saya melakukan tugas ke luar kantor bersama seorang teman. Hari itu jalanan sangat macet, untungnya AC mobil berjalan dengan baik, diiringi dengan alunan nasyid Raihan cukup membuat hati jadi lebih tenang dan nyaman.
Kendaraan perlahan sudah mendekati perempatan Cempaka Putih – Jakarta Timur, kemacetan semakin bertambah dengan adanya kekacauan di lampu merah karena adanya beberapa oknum yang melanggar trafficligh. Sedang sibuk-sibuknya mencari jalan keluar dari kemacetan, tiba-tiba saya melihat dari kaca sepion beberapa orang, mungkin sekitar 6 orang sedang mengerubuti sebuah mobil. Awalnya saya pikir mereka adalah para pedagang asongan, tetapi dari gelagatnya terlihat mencurigakan, karena ada tindakan kasar yang dilakukan mereka berupa pengerusakan sepionm, bahkan terlihat ada yang membawa sentaja tajam walau agak ditutup-tutupi. Saya berfikir pasti ini perampokan. Spontan saya langsung mencari kunci stir mobil dan bersiap turun dari mobil untuk menolong orang yang malang tersebut. Tetapi niat tersebut sempat terurung karena ditarik dan dilarang oleh teman karena takut akibatnya, karena beberapa dari perampok tersebut membawa senjata tajam. Tetapi niat untuk menolong orang lain tak bisa surut dan dengan memantapkan hati serta memohon pertolongan dan kekuatan dari Allah maka saya turun dan langsung berteriak rampok …rampok …rampok ..sambil mengayun-ayunkan kunci stir mobil.
Teriakan keras dari saya tersebut ternyata membuat konsentrasi para perampok buyar, kecemasan dan kemarahan terlihat dari wajah mereka. Para pengendara kendaraan dan orang yang berada disekitar lokasi juga langsung mengarahkan perhatian ke lokasi tersebut. Dengan perasaan campuran antara ragu dan berani, saya maju ke arah para perampok, saya semakin terkejut ketika mereka mengangkat senjata mereka yang ternyata berupa kapak dan berwarna merah, saya langsung tersadar bahwa mereka adalah gerombolan Kapak Merah, gerompolan perampokan yang pada tahun itu sedang heboh karena aksi perampokan jalanan mereka. Salah satu dari mereka tiba-tiba lari mendekati saya dengan mengayunkan kapak, hampir saja jantung saya berhenti karena kaget, karena tidak menyangka mereka nekat sekali. Berkat perlindungan Allah saya langsung tersadar dan langsung memukulkan stir mobil ketangannya dan dilanjutkan menendang perutnya. Melihat salah satu temannya terjungkal, dan melihat konsentrasi massa yang mulai mengarah ke lokasi ternyata membuat nyali mereka menjadi ciut, ini terbukti mereka ragu-ragu mengikuti langkah temannya untuk melawan, dan akhirnya keputusan mereka adalah lari. Keinginan mengejar terurungkan, karena mereka masuk dalam perumahan yang kumuh di sekitar perempatan Cempaka Putih, yang saya sendiri tidak tahu medannya, dan selain itu karena tidak adanya orang lain yang ikut bereaksi untuk mengejar mereka.
Perasaan lega karena selamat dan bisa menolong orang membuat saya semakin semangat untuk latihan Thifan Po Khan, ternyata latihan yang saya jalani walau lumayan berat, ternyata membuahkan hasil, sehat dan bisa digunakan untuk membela kebenaran. (no name)
Kisah ini berawal ketika beberapa tahun lalu, saya melakukan tugas ke luar kantor bersama seorang teman. Hari itu jalanan sangat macet, untungnya AC mobil berjalan dengan baik, diiringi dengan alunan nasyid Raihan cukup membuat hati jadi lebih tenang dan nyaman.
Kendaraan perlahan sudah mendekati perempatan Cempaka Putih – Jakarta Timur, kemacetan semakin bertambah dengan adanya kekacauan di lampu merah karena adanya beberapa oknum yang melanggar trafficligh. Sedang sibuk-sibuknya mencari jalan keluar dari kemacetan, tiba-tiba saya melihat dari kaca sepion beberapa orang, mungkin sekitar 6 orang sedang mengerubuti sebuah mobil. Awalnya saya pikir mereka adalah para pedagang asongan, tetapi dari gelagatnya terlihat mencurigakan, karena ada tindakan kasar yang dilakukan mereka berupa pengerusakan sepionm, bahkan terlihat ada yang membawa sentaja tajam walau agak ditutup-tutupi. Saya berfikir pasti ini perampokan. Spontan saya langsung mencari kunci stir mobil dan bersiap turun dari mobil untuk menolong orang yang malang tersebut. Tetapi niat tersebut sempat terurung karena ditarik dan dilarang oleh teman karena takut akibatnya, karena beberapa dari perampok tersebut membawa senjata tajam. Tetapi niat untuk menolong orang lain tak bisa surut dan dengan memantapkan hati serta memohon pertolongan dan kekuatan dari Allah maka saya turun dan langsung berteriak rampok …rampok …rampok ..sambil mengayun-ayunkan kunci stir mobil.
Teriakan keras dari saya tersebut ternyata membuat konsentrasi para perampok buyar, kecemasan dan kemarahan terlihat dari wajah mereka. Para pengendara kendaraan dan orang yang berada disekitar lokasi juga langsung mengarahkan perhatian ke lokasi tersebut. Dengan perasaan campuran antara ragu dan berani, saya maju ke arah para perampok, saya semakin terkejut ketika mereka mengangkat senjata mereka yang ternyata berupa kapak dan berwarna merah, saya langsung tersadar bahwa mereka adalah gerombolan Kapak Merah, gerompolan perampokan yang pada tahun itu sedang heboh karena aksi perampokan jalanan mereka. Salah satu dari mereka tiba-tiba lari mendekati saya dengan mengayunkan kapak, hampir saja jantung saya berhenti karena kaget, karena tidak menyangka mereka nekat sekali. Berkat perlindungan Allah saya langsung tersadar dan langsung memukulkan stir mobil ketangannya dan dilanjutkan menendang perutnya. Melihat salah satu temannya terjungkal, dan melihat konsentrasi massa yang mulai mengarah ke lokasi ternyata membuat nyali mereka menjadi ciut, ini terbukti mereka ragu-ragu mengikuti langkah temannya untuk melawan, dan akhirnya keputusan mereka adalah lari. Keinginan mengejar terurungkan, karena mereka masuk dalam perumahan yang kumuh di sekitar perempatan Cempaka Putih, yang saya sendiri tidak tahu medannya, dan selain itu karena tidak adanya orang lain yang ikut bereaksi untuk mengejar mereka.
Perasaan lega karena selamat dan bisa menolong orang membuat saya semakin semangat untuk latihan Thifan Po Khan, ternyata latihan yang saya jalani walau lumayan berat, ternyata membuahkan hasil, sehat dan bisa digunakan untuk membela kebenaran. (no name)
pengalaman pengalam para pendekar
kami ambil dari sumber asli situs http://www.thifanpokhan.org/
Kisah 1. (Rabu, 15 Juli 2009 13:08:25)
01.00 di senin
Pulang malam hampir menjadi kegiatan rutin saya, selain pekerjaan yang cukup banyak juga kadang-kadang ada kegiatan lain yang menuntut saya pulang sampai larut malam atau bahkan dini hari. Berbekal kepasrahan kepada Allah dan sedikit memampuan beladiri, membuat saya lebih percaya diri walau pulang larut malam dan harus melewati kawasan yang sepi atau rawan.
Kala itu, sekitar tahun 98 an, saya harus pulang sangat larut malam, sehingga sekitar jam 01.00 masih berada di daerah Senin, Jakarta Pusat, tepatnya di seberang Atrium Plaza. Saya menunggu mobil omprengan menuju terminal Pulo Gadung, cukup lama saya berdiri disana, suasana sangat sepi, sesekali terlihat kendaraan dan orang sedang lewat. Sekitar 30 menit menunggu, omprengan yang saya tunggu belum lewat juga. Tak berapa lama seorang pria berjalan menghampiri saya, lumayan buat temen nunggu omprengan, pikir saya.
Obrolan ringan tak terasa mengalir begitu saja, dari pertanyaan alamat sampai tujuan sudah saling ditanyakan. Makin lama, pembicaraan pria tadi terlihat ada keanehan, pertanyaan yang diajukan mulai terasa menekan, gerakan tubuhnya menunjukkan gelagat yang tidak baik. Dia berjalan berputar mengelilingi saya, seakan ingin mengetahui kondisi saya dari segala posisi. Ketika ditanyakan mengapa dia melakukan itu, dibalas dengan jawaban yang keras, bahwa itu urusan dia. Mulai dari situ, saya mulai berfikir waspada Saya tunjukkan kepadanya bahwa saya tidak kalah mental dan menunjukkan gelagat bahwa saya bukan orang “kosong”. Saya katakan dengan kalimat yang cukup menekan, jangan melakukan hal-hal yang merugikan diri sendiri.
Malam semakin larut dan kondisi semakin sepi, saya perhatikan di sekitar lokasi hanya ada seorang pria berjarak 50 meter-an yang sedang menunggu dagangannya. Setelah mengelilingi saya beberapa kali, pria tadi berhenti di depan saya. Dengan bahasa menekan dia meminta uang kepada saya, tentu saja permintaan saya tolak dengan tidak kalah tegasnya. Karena tidak mendapatkan apa yang dihendaki tiba-tiba si pria mengayunkan tangan ke arah saya, karena memang sudah waspada maka saya langsung melakukan gerakan perlawanan, dengan menggeser kaki maju saya lakukan gerakan kuncian, kalau dalam bahasa jurus Thifan Po Khan, namanya jurus ”Meruntuhkan Puing Kerajaan”. Tangan mengunci berputar dan kaki menelikung kebelakang, langsung membuat si pria jatuh terjerembab dengan muka mencium aspal. Teriakan kesakitan dan minta ampun dari si pria mengakhiri adegan kekerasan singkat tersebut. Tidak berselang lama setelah kejadian tersebut lewatlah mobil ompreangan yang ditunggu, Alhamdulillah Allah melindungi hamba-Nya yang lemah ini dari ujian kehidupan.
Sekedar hikmah dari kejadian tersebut, janganlah sering keluyuran malam-malam :-) , kalaupun pulang malam maka waspadalah dan banyak berdoa kepada Allah, kalau ketemu penjahat maka siapkan mental dan fisik, karena sebenarnya penjahat sering tidak mempunyai kemampuan beladiri yang layak dan tidak mempunyai kekuatan fisik yang prima. Dan yang terakhir, bekalilah diri kita dengan beladiri, semoga Allah senantiasa melindungi kita semua.Amin (Penulis tidak bersedia menyebutkan namanya)
Kisah 1. (Rabu, 15 Juli 2009 13:08:25)
01.00 di senin
Pulang malam hampir menjadi kegiatan rutin saya, selain pekerjaan yang cukup banyak juga kadang-kadang ada kegiatan lain yang menuntut saya pulang sampai larut malam atau bahkan dini hari. Berbekal kepasrahan kepada Allah dan sedikit memampuan beladiri, membuat saya lebih percaya diri walau pulang larut malam dan harus melewati kawasan yang sepi atau rawan.
Kala itu, sekitar tahun 98 an, saya harus pulang sangat larut malam, sehingga sekitar jam 01.00 masih berada di daerah Senin, Jakarta Pusat, tepatnya di seberang Atrium Plaza. Saya menunggu mobil omprengan menuju terminal Pulo Gadung, cukup lama saya berdiri disana, suasana sangat sepi, sesekali terlihat kendaraan dan orang sedang lewat. Sekitar 30 menit menunggu, omprengan yang saya tunggu belum lewat juga. Tak berapa lama seorang pria berjalan menghampiri saya, lumayan buat temen nunggu omprengan, pikir saya.
Obrolan ringan tak terasa mengalir begitu saja, dari pertanyaan alamat sampai tujuan sudah saling ditanyakan. Makin lama, pembicaraan pria tadi terlihat ada keanehan, pertanyaan yang diajukan mulai terasa menekan, gerakan tubuhnya menunjukkan gelagat yang tidak baik. Dia berjalan berputar mengelilingi saya, seakan ingin mengetahui kondisi saya dari segala posisi. Ketika ditanyakan mengapa dia melakukan itu, dibalas dengan jawaban yang keras, bahwa itu urusan dia. Mulai dari situ, saya mulai berfikir waspada Saya tunjukkan kepadanya bahwa saya tidak kalah mental dan menunjukkan gelagat bahwa saya bukan orang “kosong”. Saya katakan dengan kalimat yang cukup menekan, jangan melakukan hal-hal yang merugikan diri sendiri.
Malam semakin larut dan kondisi semakin sepi, saya perhatikan di sekitar lokasi hanya ada seorang pria berjarak 50 meter-an yang sedang menunggu dagangannya. Setelah mengelilingi saya beberapa kali, pria tadi berhenti di depan saya. Dengan bahasa menekan dia meminta uang kepada saya, tentu saja permintaan saya tolak dengan tidak kalah tegasnya. Karena tidak mendapatkan apa yang dihendaki tiba-tiba si pria mengayunkan tangan ke arah saya, karena memang sudah waspada maka saya langsung melakukan gerakan perlawanan, dengan menggeser kaki maju saya lakukan gerakan kuncian, kalau dalam bahasa jurus Thifan Po Khan, namanya jurus ”Meruntuhkan Puing Kerajaan”. Tangan mengunci berputar dan kaki menelikung kebelakang, langsung membuat si pria jatuh terjerembab dengan muka mencium aspal. Teriakan kesakitan dan minta ampun dari si pria mengakhiri adegan kekerasan singkat tersebut. Tidak berselang lama setelah kejadian tersebut lewatlah mobil ompreangan yang ditunggu, Alhamdulillah Allah melindungi hamba-Nya yang lemah ini dari ujian kehidupan.
Sekedar hikmah dari kejadian tersebut, janganlah sering keluyuran malam-malam :-) , kalaupun pulang malam maka waspadalah dan banyak berdoa kepada Allah, kalau ketemu penjahat maka siapkan mental dan fisik, karena sebenarnya penjahat sering tidak mempunyai kemampuan beladiri yang layak dan tidak mempunyai kekuatan fisik yang prima. Dan yang terakhir, bekalilah diri kita dengan beladiri, semoga Allah senantiasa melindungi kita semua.Amin (Penulis tidak bersedia menyebutkan namanya)
Asal Kelahiran Beladiri
Ini dia asal usul beladiri seluru dunia *walaupun ada yg blm di cantumkan
NB : bagi pembaca yg punya ilmu lebih, bisa tukar-nambah ilmu ^^
·
Australia
Zen Do Kai
·
Brittany
Gouren
·
Brazil
Brazilian Jiu-Jitsu, Capoeira, Vale tudo
·
Burma (Myanmar)
Bando, Lethwei
·
Cambodia
Bokator, Pradal Serey
·
Canada
Okichitaw
·
China
Baguazhang, Bajiquan, Changquan, Fanziquan, Hung Ga,
Liuhebafa, Northern Praying Mantis, Souther Praying Mantis, Sanshou, Shaolin
Kung Fu, Shuai Jiao, Tai Chi Chun, Wudang Kung Fu, Wushu, Xingyiquan Zui Quan
·
Egypt
Tahtib
·
France
Canne
de combat, Kinomichi, Savate
·
Germany
Germany
school of fencing
·
Georgia
Khridoli
·
Greece
Pankration
·
Iceland
Glima
·
Indonesia
Pencak
silat
·
India
Dravidian
martial arts, Gatka, Kalarip payattu, Malla-Yuddha, Silambam, VajraA Musshti,
Pehlwani
·
Iran
Kung
Fu To’a, Varzesh-e Pahlavani
·
Israel
Krava
Maga
·
Japan
Aikido,
Battojustsua, Hojojutsu, Iaido, Iaijustsu, Shurikenjuts, Sumo, Jodo, Jujutsu,
Jukendo, Juttejutsu, Karate, Kendo, Kenpo, Kenjutsu, Kyudo, Kyujutsu,
Naginatajutsu, Ninjutsu
·
Malaysia
Silat
Melayu
·
New Zealand
Mau
Ra?kau
·
Nigeria
Dambe
·
Philippines
Eskrima,
Modern Arnis Sikaran, Yawyan, Panantukan
·
Portugal
Jogo
do pau
·
Russia
Fistfight,
Sambo, Systema
·
Ryukyu Kingdom
Karate
Okinawa Kobudat
·
Serbia
Svebor,
Real aikido
·
Sri Lanka
Dravidian
Martial arts
·
Switzerland
Schwingen
·
Somalia
Istunka
·
Spain
Spanish
school of Swordsmanship, Lucha Canaria, Juego del palo, Yawara-jitsu
·
Thailand
Muaya
Thai
·
United kingdom
Bartitsu,
Defendu, Singlestick
·
United States Of Amarica
Chun
Kuk do, Jeet Kune Do, Kajukendo, Marine Corps Martial Arts Program, Modern Army
Combatives, Toso Kune Do, Collegiate Wrestling, Boxing
·
Uzbekistan
Kurash
·
Vietnam
Vovinam
Nhat NamNo
Senin, 19 Desember 2011
Tingkatan Thifan
Suatu hal akan menapak kesempurnaan kala dari masa ke masa tebuahnya sebuah perubahan, sama halnya dengan Thifan, semakin level kita tinggi maka ilmu kita akan mendekati sempurna (walau mustahil ya kalau sempurna #hehe) .
Ini adalah 12 tingkatan yang ada di Thifan, yang mana setiap tingkatan mempunya makna tersendiri dan di ikuti dengan perubahan warna sabuk.. bisa di baca sendiri ^^!
1. Fuen (putih) artinya bersiap ditulisi.
2. Loin houkum (hijau muda) artinya mulai hijau.
3. Kotlu (ungu) artinya hijau itu mulai masak.
4. Turreiyt (biru) artinya kedewasaan.
5. Konlut (coklat tua) artinya sendapan pendekar.
6. Fuenloin (putih dan hijau) artinya rangkap berfikir.
7. Tawgi kotlu (ungu dan kuning) artinya menjelang pendekar.
8. Fun tureiyt (merah dan biru) artinya santaran darah.
9. Loin houkun (hijau dan coklat tua) artinya tahan diri.
10. Konlut fuen fun (coklat tua berjalur putih) artinya tahu akan harga diri.
11. Fun fuen fun (merah berjalur putih) artinya pertahankanlah haq.
12. Tughi onlu tughi (ungu berjalur kuning) artinya pembela haq (dieunl Islam).
Salah satu versi tingkatan Thifan
Perkembangan Thifan Di Indonesia #Singkat
Pada
saat itu Aceh sedang menghadapi serangan dari Portugis. Sultan Aceh mengirim
utusan ke Khalifah di Turki untuk meminta bantuan. Khalifah Salim II
mengirimkan bantuan militer yang dipimpin oleh Laksamana Kortuglu Hizir Reis
(1567 M) untuk menghadapi Portugis dan melakukan futuhat ke pedalaman Sumatera
(Batak). Bantuan berupa personil militer, persenjataan termasuk meriam, dan
pelatihan bela diri bagi para prajurit Aceh. Bela diri tentara Khilafah Turki
Utsmani adalah Thifan Po Khan. Para komandan pasukan di masa itu terkenal
sebagai ahli ilmu Thifan.
Pada tahun 1678 M pada masa Sultan Malik Muzafar Syah dari Kesultanan Lamuri, waktu itu sultan mendatangkan secara khusus pelatih-pelatih Thifan dari Ibukota Khilafah saat itu yaitu Turki Utsmani yang kemudian disebarkan di kalangan para bangsawan Sumatera.
Pada abad ke – 18 Tuanku Rao dan kawan-kawan mengembangkan ilmu ini ke daerah-daerah Padang, Tapanuli Selatan, dan Minang, hingga tersebar ke Bonjol, Sumatera bagian timur dan Riau yang berpusat di Batang Uyun (Merbau). Dari Merbau ini diperkirakan menyebar ke Malaysia, Thailand (Pattani), dan Singapura. Dari Merbau dan Bonjol menyusuri pantai utara Sumatera sampai ke kota Muko-muko dan akhirnya masuk ke pulau Jawa.
Sekitar tahun 1900-an Tuanku Haji (Hang) Uding membawa ilmu Thifan ini ke pulau Jawa dan menyebarkannya di daerah Betawi dan sekitarnya.
Pada tahun 1966 Ustadz Marzdedeq mulai mengajarkan ilmu Thifan di daerah Bandung.
Pada tahun 1980 an Ustadz Pupu menyebarkan ilmu Thifan ke berbagai wilayah di pulau Jawa khususnya di kalangan pesantren dan pemuda-pemuda Masjid.
#Wallahu a'lam
Pada tahun 1678 M pada masa Sultan Malik Muzafar Syah dari Kesultanan Lamuri, waktu itu sultan mendatangkan secara khusus pelatih-pelatih Thifan dari Ibukota Khilafah saat itu yaitu Turki Utsmani yang kemudian disebarkan di kalangan para bangsawan Sumatera.
Pada abad ke – 18 Tuanku Rao dan kawan-kawan mengembangkan ilmu ini ke daerah-daerah Padang, Tapanuli Selatan, dan Minang, hingga tersebar ke Bonjol, Sumatera bagian timur dan Riau yang berpusat di Batang Uyun (Merbau). Dari Merbau ini diperkirakan menyebar ke Malaysia, Thailand (Pattani), dan Singapura. Dari Merbau dan Bonjol menyusuri pantai utara Sumatera sampai ke kota Muko-muko dan akhirnya masuk ke pulau Jawa.
Sekitar tahun 1900-an Tuanku Haji (Hang) Uding membawa ilmu Thifan ini ke pulau Jawa dan menyebarkannya di daerah Betawi dan sekitarnya.
Pada tahun 1966 Ustadz Marzdedeq mulai mengajarkan ilmu Thifan di daerah Bandung.
Pada tahun 1980 an Ustadz Pupu menyebarkan ilmu Thifan ke berbagai wilayah di pulau Jawa khususnya di kalangan pesantren dan pemuda-pemuda Masjid.
#Wallahu a'lam
Kamis, 22 September 2011
Asal Muala Jurus Binatang
Mau tau kenapa sih kebanyakan orang berambisi mengusai jurus hewan..? mau tau jawabannya? silahkan baca ..!
Apabila kita bandingkan ukuran manusia dengan kekuatan tubuhnya, manusia adalah makhluk yang lemah. Belalang sepanjang 10 cm dapat melompat sejauh 50 kali panjang tubuhnya. Semut mampu mengangkat beban yang beratnya 10 kali lipat berat tubuhnya. Terlebih lagi dibandingkan dengan kuda, gajah, atau harimau, manusia tampak semakin lemah dan tak berarti.
Apabila kita bandingkan ukuran manusia dengan kekuatan tubuhnya, manusia adalah makhluk yang lemah. Belalang sepanjang 10 cm dapat melompat sejauh 50 kali panjang tubuhnya. Semut mampu mengangkat beban yang beratnya 10 kali lipat berat tubuhnya. Terlebih lagi dibandingkan dengan kuda, gajah, atau harimau, manusia tampak semakin lemah dan tak berarti.
Posisi manusia tampak lemah karena
ia tidak memiliki alat beladiri alami, seperti elang
memiliki cakar dan paruh yang tajam, kerbau dengan
tanduknya yang kuat, harimau yang perkasa
dilengkapi cakar dan gigi – gigi yang tajam, trenggiling
yang terlindung oleh sisiknya seperti perisai atau landak
yang tubuhnya penuh dengan duri.
Kehidupan manusia semakin terancam
karena ia tidak dilengkapi oleh naluri yang tajam. Namun Allah Maha Besar,
manusia yang lemah itu dilengkapiNya dengan modal yang tiada dualnya. Modal
yang terbaik yang dimiliki manusa adalah akalnya yang didukung oleh kemampuan untuk
berjalan tegak dan jari-jari yang dapat bergerk bebes. Manusia dengan akalnya
belajar memeperhatikan dan memanfaatkan alam. Dari pengamatannya atas perilaku
binatang, ia memperkirakan akan datangnya hujan, badai, atau bencana alam yang
lain.
Pengamatan manusia pada dunia
binatang memberikan banyak pengetahuan. Alam memperhatikan bagaimana harimau
menerkam mangsanya, elang menyambar anak ayam, atau ular menangkap musang. Alam
mengajarkan pula bagaimana kelincahan kijang dapat meloloskan diri dari tekaman
harimau, usaha induk ayam menyelamatkan anaknya dari terkaman elang. Dan
kecepatan musang untuk mengalahkan si ular.
Manusia memeperhatikan bahwa
kelincahan dapat mengimbangi kekuatan, kecepatan membuat cakar yang tajam tak
berguna, dan kewaspadaan dapat mematahkan segala ancaman. Kebebasan anggota
tubuh manusia dalam bergerak memungkinkan dapat meniru gerakan-gerakan dan
kebiasaan binatang-binatang tersebut guna mempertahankan dirinya,, maka dari
situlah muncul cikal bakal seni beladiri yang mengambil kekuatan dari binatang
seperti : Jurus harimau, Jurus bangau, Jurus elang,
Jurus beruang, Jurus kera, Jurus kangguru dll.
Langganan:
Postingan (Atom)